In the end, it's not going to matter how many breaths you took, but how many moments took your breath away.

Tuesday, October 11, 2011

I believe God's plan for us is always good, even when everything seems to be going wrong.

Nah sekarang, saya akan ceritakan gimana asal muasal ini terjadi. Mungkin, kalo saya bikin buku bakal laris manis atau kalo saya buat sinetron, Tersanjung kalah pamor. :s

Sebenernya sih, udah setahun saya coba apply beasiswa ke luar negeri. Tapi, dari 7 berkas yang saya kirim, gak ada satupun yang membuahkan hasil. Oke, kesalahan mungkin memang ada di otak saya, hahaha. Terserah deh yah orang mau bilang "Otak pas2an kok mau coba beasiswa? Banyak kali orang yg lebih pinter dari lo di Indonesia bahkan saingan lo mencakup dunia!". Biarin deh mereka mau ngomong gak enak kayak gitu ke saya, yang penting saya usaha. Saya coba semua kesempatan-kesempatan yang ada, khususnya yang bisa membawa saya keluar dari hiruk pikuk Indonesia yang makin hari makin ngawur sistemnnya. (Maaf ya, jujur saya udah enek banget sama sistem yang berlaku di tanah air kita itu).

1. Saya udah coba 7 kali beasiswa, yang diantaranya beasiswa dari Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, Fulbright, Kementrian Komunikasi dan Informasi, dan lain-lain.
2. Saya juga coba untuk masuk Deplu tahun lalu. (karena saya pikir, ini juga salah satu jalan saya untuk ditempatkan diluar negeri). Tapi hasilnya, gatot, alias gagal total!

Tau gak rasanya gagal terus menerus tuh kayak apa? Rasanya.. kayak ngeliat gebetan yang disuka bertahun-tahun, tiba-tiba jalan melengos didepan kita sama cewek lain. Beuh, menusuk. Atau kayak pas tau ternyata sang gebetan gak mempunyai rasa yang sama kayak kita. Wah, ini agak beda tipis yah antara analogi dan curhat. (sound effect : "wakwaaaaaaawwww!") :D

Otak mulai diajak bekerja lagi. Saya gak mau berhenti cuma sampai disitu aja. I don't wanna lose my spirit, AT ALL!

Coba-coba deh saya memperbaiki kesalahan yang ada selama ini. Saya berkali-kali ikut TOEFL test dan temannya si IELTS sampe skor yang mumpuni. Trus, ikut tes bahasa Prancis DELF B2 yang alhamdulillah lulus juga pada akhirnya. Semua tes-tes itu mau saya pake buat rencana saya selanjutnya, yang sebenernya belum tau juga apa, cuma buat persiapan aja.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sampe suatu waktu, iseng aja buka-buka facebook. Saya lihat foto temen-temen yang lagi pada stay di luar negeri. Ih, pengen maki-maki laptop rasanya, mau marah, kesel, sekaligus iri, karena pengen seperti mereka juga.

Lalu secara tiba-tiba otak saya seperti menyuruh saraf-saraf motorik untuk saling berkoordinasi dan kemudian tangan saya otomatis membuka halaman facebook seorang teman yang sudah lama tinggal di Prancis, yaitu Siska Martina a.k.a Icha. Siapakah Icha? Selain dia adalah pacarnya dan mungkin calon istri seorang penyanyi kenamaan di Indonesia yg berinisial SS, Icha juga adalah senior saya waktu di kampus.

Awalnya, saya cuma tanya : "Cha, lo ikut program apaan sih? Seru deh liat foto2 lo, jalan2 melulu kayaknya ya?". Lalu icha menjawab : "Au Pair!"

Jujur, saya pernah dengar kata-kata itu, tapi belum mengerti lebih rincinya. Saya coba googling untuk mencari tau seputar Au Pair dan wow!!!! Heboh juga yah jadi Au Pair? Hahaha. Pikiran saya saat itu, saya harus bisa mandiri banget kalo mau jadi Au Pair Padahal ya, 23 tahun hidup di dunia, masih diurusin sama nyokap. Ini lagi jadi "une jeune fille au pair", mesti home stay di rumah orang Prancis, kerja urus anaknya, trus juga harus bagi waktu untuk kuliah bahasa. Ngookk.. belum kelar sampe disitu, au pair juga harus bisa nyetir, masak, dan semua-semuanya sendiri.

Beberapa hari setelah percakapan lewat facebook, si Icha minta alamat MSN saya. Buat apakah? Saya kira dia mau ngenalin bule prancis lucu ke saya, tapi ternyata bukan yah, masih harapan semu nampaknya, hiks.
Icha bilang : "Ada yang mau gue omongin ke lo, Jie. Serius ini!". Kaget bukan main sih, jarang2 Icha ngomong begitu.

Beginilah kira-kira percakapan kami.

Icha : "Lo beneran mau ke Prancis? Tujuan lo apa?"
Ejie : "Iya cha. Tujuan awalnya gue pengen sekolah lagi. Tapi susah ye? Beasiswa gue failed semua lagi nih! Intinya gue mau cabut dari Indo cha, mau coba petualangan baru deh!"
Icha : "Mau coba cara lain?"
Ejie : "Mau banget! Tapi apa?"
Icha : "Kenapa gak lo aja yang gantiin gue yah jie? Karena September kontrak gue udah abis sama host fam disini."
Ejie : "Ah, maksud lo? Jangan becanda deh cha..."
Icha : "Beneran! Lo bisa nyetir kan? Bisa masak? dan bisa  sedikit urus2 anak? Gue jamin hidup lo bakal berubah 100 persen disini, seperti yang lo pengen kan? Mau mulai hidup dari nol?"
Ejie : "Hmmmm... cha... gue bingung mau jawabnya..."
Icha : "Tenang! Lo bakal sekolah bahasa disini, di kampusnya, dan setelah itu, lo bisa apply langsung buat program masternya... kalo udah disini jadi gampang kalo mau apply sekolah lagi jie..."

Kemudian keadaan saat itu, TERDIAM, kayak lagunya Maliq and D'Essentials.

Icha : "Kalo lo oke, urus berkas2nya sekarang, September lo berangkat!"
Ejie : "What the.......! Gue kira masih tahun depan berangkatnya..."
Icha : "Nggak lah, 4 bulan lagi.. ayo cepetan urus2 yah...

Ini apa deh? Mimpi apa yah saya? Masih gak percaya dengan percakapan MSN tadi.

Pada akhirnya, Icha nelfon saya dari Paris 2 jam ke Jakarta buat jelasin seluk-beluk apa saja yang bakal saya lakukan sebagai Au Pair. Dia juga nelfon nyokap saya sampe beliau setuju. Niat abis tuh orang, hahaha.

Gak ngerti gimana caranya ya, setiap saya goyah akan keputusan ini, selalu ada aja jalannya, malah semakin dibukakan. Trus, saya mikir, mungkin ini emang udah jalannya. Saya harus melewati fase hidup ini yang ternyata sangat menegangkan dan menyenangkan dong pastinya!! (nanti diceritakan lebih detail sesampainya saya di Prancis dan resmi jadi au pair yah, stay tuned on my blog! Hahaha.. gaya penyiar sekaleee saya ngomongnya!)

Saya udah niat berangkat kok. Jadi, semua berkas-berkas dari Indonesia udah saya urus jauh-jauh hari juga. Dari mulai dokumen-dokumen yang harus masuk ke Campus France sampe ke Kedutaan Prancis buat visa. (Cerita ttg visa juga ada lagi nih. Ntar yah! And I have to say BIG THANKS to my friend, Apreita, she helped me a lot for getting my visa). Yeaahh...empat bulan ternyata cukup untuk persiapan. Sampe pada akhirnya, paspor dan visa siap, mental  dan keberanian 75% nekat, and all my bag are packed I'm ready to gooooooooooooooo!!!!!

Lesson learned : Kita boleh terus berusaha akan suatu hal yang diinginkan, tapi kita gak bisa melawan kehendak Tuhan. Awalnya kan saya pengen banget bisa sekolah lagi diluar negeri. Yaudah saya usaha gila2an untuk ngedapetin itu, tapi faktanya Tuhan ngasih sesuatu yang lain. Ini bisa dibilang jalan yang cukup berbeda sih, tapi kalo kita pintar memanfaatkan kesempatannya, jalan ini bisa membawa ke tujuan awal saya tadi, yaitu untuk melanjutkan program master saya disini, di Prancis. Semoga.:)




5 comments:

  1. Well, one thing I always keep in mind, 'Even impossible things are impossible!'. :)

    Good luck, Ji! Enjoy foie gras and croissants!

    ReplyDelete
  2. Inez.. merci!! Master Art du Spectacle di l'universite de Caen tetep masuk jadi pilihan berkat dirimu.. gak tau deh bisa masuk beneran apa nggak.. hihihi!!! Bise! :)

    ReplyDelete
  3. Membaca tulisan ini mengingatkan saya akan sebuah peribahasa yang mungkin sudah usang, bosan didengar, tapi benar-benar nyata

    en italien
    "Tutte le strade conducono a Roma."

    en françcais
    "Tous les chemins mènent à Rome."

    Mungkin ini peribahasa Prancis yang paling saya suka untuk saat ini
    "Tant qu’il y a de la vie, il y a de l’espoir"

    Un saluto dalla Indonesia

    ReplyDelete
  4. Setuju! Nambahin lagi yah...Quotes by Rezzy : "Hidup gak ada mimpi sama dengan MATI."
    Terima kasih eka ilham atas komennya. :D

    ReplyDelete
  5. kak,, baca ini subhanallah amazing bangettttttttttttt........
    ALLAH memang kasih apa yang kita butuh...........inspirasi banget niiii ^_____^

    ReplyDelete